Peduli Kesehatan Pekerja di Indonesia dari Serangan Virus Dengue


Jakarta – Dengue masih menjadi ancaman kesehatan serius secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperkirakan sekitar 70% populasi dunia berisiko terjangkit dengue. Menanggapi ancaman ini, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), PT Bio Farma, dan PT Takeda Innovative Medicines, didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI), serta Perhimpunan Dokter Okupasi Indonesia (PERDOKI), meluncurkan gerakan “Sinergi Aksi Perusahaan (SIAP) Lawan Dengue”. Dengan mengedepankan pencegahan yang komprehensif, termasuk 3M Plus dan vaksinasi, SIAP Lawan Dengue bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.


dr. Ina Agustina Isturini, MKM, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mewakili Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC., CLU, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan RI, menyatakan, "Kegiatan kita kita kali ini terkait peluncuran SIAP Lawan Dengue sangat menarik dan kontekstual  dengan situasi dengue yang menjadi masalah kesehatan dan beban penyakit cukup tinggi di Indonesia. Terkait dengan penanggulangan dengue, Pemerintah Indonesia mendukung komitmen Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melalui melalui The Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012-2020 dan A Road Map for Neglected Tropical Diseases (NTDs) 2021-2030: Zero Dengue Death by 2030.

dr. Ina menambahkan bahwa pemerintah telah melakukan beberapa inovasi untuk mengurangi dengue menuju ‘nol kematian akibat dengue pada tahun 2030’, “Beberapa di antaranya adalah Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dengan serentak meluangkan waktu 10 menit pada pukul 10.00 selama minimal 10 minggu setiap hari Minggu untuk melaksanakan 3M Plus, dan kegiatan lain untuk mencegah penularan infeksi dengue. Yang terakhir, pemafaatan inovasi vektor berupa teknologi nyamuk Aides aegypti ber-Wolbachia yang dalam penelitian di Yogyakarta dan di negara-negara lain seperti Brasil, Australia, Vietnam, dan lain-lain, sudah terbukti efektif untuk pencegahan dengue. 

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kepemimpinan Indonesia dalam upaya pencegahan dan penanggulangan DBD. “Indonesia telah menjadi role model bagi negara endemis lainnya dalam memerangi dengue, dan kami di Takeda sangat menghargai upaya serta kepemimpinan Indonesia dalam mencapai kemajuan ini. Mendukung pernyataan dari Andreas, dr. Michael Rampangilei, Wakil Ketua KADIN Bidang Kesehatan Komite Penyakit Menular, menyatakan, “Kesehatan karyawan adalah salah satu aset utama bagi perusahaan, dan kesejahteraan mereka adalah hak yang harus dipenuhi. Pencegahan penyakit seperti dengue tidak hanya menjaga kesejahteraan individu, tetapi juga mendukung lingkungan kerja yang produktif dan efisien. 

Sementara itu, Dr. dr. Astrid B. Sulistomo, MPH, SpOK, Subsp.BioKo(K), Ketua Umum PERDOKI, menggarisbawahi semua orang berisiko terjangkit virus dengue, terlepas dari usia, gaya hidup, dan di mana seseorang tinggal. “Dengue ini bukan hanya penyakit yang mengancam nyawa, tetapi juga menimbulkan beban yang cukup besar, baik bagi pasien dan keluarganya, perusahaan, maupun negara. Kasus dengue banyak terjadi pada kelompok usia produktif, antara 15 hingga 44 tahun—mayoritas kelompok yang tidak hanya tengah aktif bekerja tetapi juga menjadi pilar bagi keluarga dan komunitas mereka. Jadi kalau ada yang bilang, sudah pernah terkena dengue dan menjadi kebal, tidak bisa terkena lagi, itu tidak benar. Virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe, dapat menjangkit seseorang lebih dari satu kali, dan biasanya infeksi berikutnya berisiko lebih parah.”


Menurut dr. Astrid, perlindungan kesehatan yang menyeluruh adalah hak setiap individu, termasuk para pekerja yang berada di lingkungan berisiko tinggi. “Banyak pekerjaan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi dengue. Oleh karena itu, perlindungan yang menyeluruh melalui pencegahan yang komprehensif memegang peran yang krusial, salah satunya melalui vaksinasi dengue yang telah direkomendasikan oleh asosiasi medis, seperti PERDOKI untuk para pekerja di daerah endemik atau bepergian ke daerah endemik, pekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan pekerja di lokasi konstruksi. Selain itu Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga merekomendasikan penggunaannya untuk dewasa usia 19-45 tahun, serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bagi anak-anak usia 6-18 tahun. Untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi perlu diberikan sesuai dosis yang direkomendasikan. Kesehatan pekerja tidak hanya penting bagi produktivitas, tetapi juga bagi keberlangsungan kehidupan mereka yang berharga bagi keluarga dan masyarakat.”


Pada kesempatan yang sama, turut hadir Adrian Maulana, Profesional Keuangan serta Praktisi Investasi dan Gaya Hidup Sehat, yang membagikan pandangannya seputar kesehatan sebagai investasi. “Kesehatan adalah investasi terbaik yang dapat kita lakukan, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun pekerjaan kita. Karena pada saat kita sehat, banyak hal yang dapat kita lakukan dan banyak kontribusi yang dapat kita berikan. Penyakit seperti dengue bisa menimbulkan dampak yang luas. Selain itu, biaya pengobatan yang tinggi dapat membebani keuangan, apalagi kalau kita tidak memiliki asuransi kesehatan yang memadai.”
SIAP (Sinergi Aksi Perusahaan) Lawan Dengue adalah gerakan kolaboratif yang didedikasikan untuk melindungi para pekerja Indonesia dari ancaman dengue, menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif. Dengan menggabungkan kekuatan perusahaan, pemerintah, dan komunitas medis, gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan pencegahan komprehensif seperti vaksinasi di tempat kerja. 


Pada kesempatan ini, diberikan juga penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan pencegahan dengue secara komprehensif, di antaranya adalah PT Danone Indonesia, PT Merdeka Copper Gold Tbk., GlaxoSmithKline Indonesia (GSK), PT Intects Teknitama Industri, PT Pertamina (Persero), PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Perum Perhutani, serta masih banyak perusahaan lainnya, baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

(*)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama